Sisindiran adalah salah satu bentuk puisi tradisional dalam bahasa Indonesia yang berasal dari daerah Jawa Barat. Puisi ini memiliki ciri khas berupa pantun atau gurindam yang ditulis dalam bahasa Sunda dengan irama dan rima tertentu. Sisindiran biasanya digunakan sebagai sarana komunikasi yang mengandung sindiran, kritik, atau ejekan secara halus terhadap seseorang atau suatu situasi.
Sisindiran memiliki aturan dan pola tertentu dalam penulisan dan pengucapannya. Biasanya, sisindiran terdiri dari empat baris dengan jumlah suku kata yang tetap pada setiap barisnya. Pola suku kata pada setiap baris adalah 8-8-8-11 atau 11-8-8-8. Selain itu, sisindiran juga memiliki irama dan rima yang harus diikuti.
Dalam penulisan sisindiran, penggunaan bahasa Sunda sangat penting karena puisi ini merupakan bagian dari budaya Sunda. Bahasa Sunda memiliki kekayaan kosakata dan ungkapan yang khas sehingga dapat menghasilkan sisindiran yang indah dan bernas. Selain itu, penggunaan gaya bahasa seperti perumpamaan, hiperbola, atau metonimi juga sering digunakan dalam sisindiran untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
Sisindiran memiliki fungsi sosial dan hiburan dalam masyarakat Sunda. Pada masa lalu, sisindiran sering digunakan sebagai sarana komunikasi antara masyarakat dalam menyampaikan pesan-pesan tertentu secara halus namun tajam. Puisi ini juga sering digunakan dalam acara-acara adat atau hiburan rakyat seperti wayang golek, ketoprak, atau ludruk.
Dalam perkembangannya, sisindiran juga telah mengalami variasi dan adaptasi sesuai dengan zaman dan kebutuhan. Saat ini, sisindiran tidak hanya ditulis dalam bahasa Sunda, tetapi juga dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah lainnya. Selain itu, sisindiran juga sering digunakan dalam media sosial sebagai bentuk ekspresi kreatif dan humor.
Sisindiran memiliki peran penting dalam melestarikan budaya dan tradisi Sunda. Puisi ini menjadi salah satu warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. Melalui sisindiran, generasi muda dapat belajar tentang nilai-nilai budaya, bahasa, dan kreativitas dalam berbahasa.
Contoh Sisindiran :
Ka manggahang ka soreang
Ngala iwung merang awi
Kahayang tacan kasorang
Cikapundung herang deui
Patih sunda adiluhung
teu cangcaya heman adil
Ajrih bangga urang bandung
ka pangersa Ridwan Kamil.
Cikapundung-cikapundung
naha henteu dikojayan
ka Bandung urang ka Bandung
nalikeun babarayaan.
Kembang cangkring jeung tarasi
lauk nilem beunang ngobor;
Kuring ditilang pulisi
di helm teu kana motor.
Saninten buah saninten
seupan ganyol digulaan;
hapunten abdi hapunten
banyol sok kamalinaan.
ka Bandung terus ka dago
surabi ti sukajadi
kaduhung abdi cingogo
kaciri aya nu Jebiii.
Sumber: Grup FB SIUBA. Sisindiran Urang Bandung.